Rabu, Maret 24, 2004

Special Edition - Chicken Soup

Kopi Asin

Dia bertemu dengan gadis itu di sebuah pesta, gadis yang menakjubkan.
Banyak pria berusaha mendekatinya. Sedangkan dia sendiri hanya seorang
laki² biasa. Tak ada yang begitu menghiraukannya. Saat pesta telah
usai, dia mengundang gadis itu untuk minum kopi bersamanya.
Walaupun terkejut dengan undangan yang mendadak,
si gadis tidak mau mengecewakannya.

Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi yang nyaman.
Si laki² begitu gugup untuk mengatakan sesuatu,
sedangkan sang gadis merasa sangat tidak nyaman.
"Ayolah, cepat. Aku ingin segera pulang", kata sang gadis dalam hatinya.
Tiba² si laki² berkata pada pelayan, "Tolong ambilkan saya
garam. Saya ingin membubuhkan dalam kopi saya." Semua orang memandang
dan melihat aneh padanya. Mukanya kontan menjadi merah, tapi ia tetap
mengambil dan membubuhkan garam dalam kopi serta meminum kopinya.

Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu kepadanya,
"Kebiasaanmu kok sangat aneh?".
"Saat aku masih kecil, aku tinggal di dekat laut. Aku sangat suka
ber-main² di laut, di mana aku bisa merasakan laut... asin dan pahit.
Sama seperti rasa kopi ini",jawab si laki². "Sekarang, tiap kali aku
minum kopi asin, aku jadi teringat akan masa kecilku, tanah kelahiranku.
Aku sangat merindukan kampung halamanku, rindu kedua orangtuaku yang
masih tinggal di sana", lanjutnya dengan mata berlinang. Sang gadis
begitu terenyuh. Itu adalah hal sangat menyentuh hati. Perasaan yang
begitu dalam dari seorang laki² yang mengungkapkan kerinduan akan
kampung halamannya. Ia pasti seorang yang mencintai dan begitu peduli
akan rumah dan keluarganya. Ia pasti mempunyai rasa tanggung jawab akan
tempat tinggalnya. Kemudian sang gadis memulai pembicaraan, mulai
bercerita tentang tempat tinggalnya yang jauh, masa kecilnya, keluarganya...
Pembicaraan yang sangat menarik bagi mereka berdua. Dan itu juga
merupakan awal yang indah dari kisah cinta mereka. Mereka terus menjalin
hubungan. Sang gadis menyadari bahwa ia adalah laki² idaman baginya.
Ia begitu toleran, baik hati, hangat, penuh perhatian... pokoknya
ia adalah pria baik yang hampir saja diabaikan begitu saja.
Untung saja ada kopi asin !

Cerita berlanjut seperti tiap kisah cinta yang indah: sang putri menikah
dengan sang pangeran, dan mereka hidup bahagia... Dan, tiap ia
membuatkan suaminya secangkir kopi, ia membubuhkan sedikit garam
didalamnya, karena ia tahu itulah kesukaan suaminya.

Setelah 40 tahun berlalu, si laki² meninggal dunia. Ia meninggalkan
sepucuk surat bagi istrinya:"Sayangku, maafkanlah aku. Maafkan
kebohongan yang telah aku buat sepanjang hidupku. Ini adalah
satu²nya kebohonganku padamu---tentang kopi asin. Kamu ingat kan
saat kita pertama kali berkencan? Aku sangat gugup waktu itu. Sebenarnya
aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku malah mengatakan garam. Waktu
itu aku ingin membatalkannya, tapi aku tak sanggup, maka aku biarkan
saja semuanya. Aku tak pernah mengira kalau hal itu malah menjadi awal
pembicaraan kita. Aku telah mencoba untuk mengatakan yang sebenarnya
kepadamu. Aku telah mencobanya beberapa kali dalam hidupku, tapi aku
begitu takut untuk melakukannya, karena aku telah berjanji untuk tidak
menyembunyikan apapun darimu... Sekarang aku sedang sekarat. Tidak ada
lagi yang dapat aku khawatirkan, maka aku akan mengatakan ini padamu:
Aku tidak menyukai kopi yang asin. Tapi sejak aku mengenalmu, aku selalu
minum kopi yang rasanya asin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah
menyesal atas semua yang telah aku lakukan padamu. Aku tidak pernah
menyesali semuanya. Dapat berada disampingmu adalah kebahagiaan
terbesar dalam hidupku. Jika aku punya kesempatan untuk menjalani
hidup sekali lagi, aku tetap akan berusaha mengenalmu dan
menjadikanmu istriku walaupun aku harus minum kopi asin lagi."

Sambil membaca, airmatanya membasahi surat itu. Suatu hari seseorang
menanyainya, "Bagaimana rasa kopi asin?", ia menjawab, "Rasanya begitu manis."

--------------------

2 komentar:

Anonim mengatakan...

love melulu...sendu.....

zen mengatakan...

Pernah baca Filosofi Kopi?

Ada kutipan bagus di situ: "kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.”

Ya, bukankah seperti itu juga hidup?

Orang boleh pergi ke salon seminggu empat kali untuk menghaluskan wajah dan menyegarkan rambut. Tetapi bukankah tetap akan ada setidaknya sebiji jerawat atau sebintik komedo juga sebutir ketombe?

Kopi adalah sepucuk nubuah: sekuat apa pun kita mencoba membuat hidup terasa manis, kepahitan toh sewaktu-waktu akan datang berkunjung.